smpmusago@gmail.com

Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Nonton Bareng Film G.30.S.PKI dalam rangka Peringatan HUT ke-70 TNI dan HUT ke-65 Kodam IV/Dip       
Rabu, 30 September 2015 15:00

Gombong - Sebanayak 11 siswa Ikatan Pelajar Muhammadiyah SMP MUSAGO diundang oleh Komandan Kodim 0709/Kebumen sebagai salah satu peserta Nonton Bareng Film G.30.S.PKI dalam rangka Peringatan HUT ke-70 dan HUT ke-65 Kodam IV/Dip. Pada (30/9/2015), sepertinya seluruh komponen masyarakat mengikuti kegiatan ini. 11 siswa duta SMP MUSAGO adalah sebagai berikut :

NO. NIS NISN NAMA L/P KELAS
1 10973 0014893659 Hittah Maula Zurfiana P 8-A
2 10977 0022302771 Nungki Febriyanti P 8-B
3 10793 9993121790 Raynaldi L 9-B
4 10859 0004618706 Dyandra Rezanandra L 9-A
5 10943 0018997470 Yovie Ferdiansyah L 9-E
6 10757 0004618791 Naufal Hafidz Fadillah L 9-A
7 10808 9993014173 Yusuf Farhan Izudin L 9-E
8 10948 0011278026 Dian Cahyaningsih P 9-A
9 10952 0012134304 Nurlita Sabrina P 9-B
10 11098 0085699675 Arina Zulfa Ul Haq P 9-A
11 10839 0011276450 Mayang Wahyu Buana P 9-A

 

Berikut laporan selengkapnya yang kami lansir pada website : http://kodim0709.kebumenkab.go.id/kodim-0709kebumen-gelar-nonton-bareng-film-pengkhianatan-g-30-spki/

 

KODIM 0709/KEBUMEN – Sebagai upaya lebih memantapkan wawasan kebangsaan bagi seluruh komponen bangsa mulai dari TNI, pemerintah daerah sampai tingkat desa, para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, FKPPI, para cendekiawan, para pengusaha, para Mahasiswa, pelajar SLTA dan masyarakat umum, telah dilaksanakan acara nonton bareng (Nobar) film penumpasan pengkhianatan G 30 S/PKI yang diselenggarakan Kodim 0709/Kebumen bekerjasama pihak pengusaha bertempat di Aula Hotel Grafika Gombong, Rabu (30/9/15).

Kegiatan Nobar kali ini bertujuan secara khusus digelar untuk lebih memantapkan pemahaman tentang issue berkembangnya kegiatan komunisme di Indonesia dan menjadi perhatian serius baik bagi kalangan TNI maupun pemerintah dan masyarakat.

Usai penayangan acara tersebut, Komandan Kodim 0709/Kebumen Letnan Kolonel Inf Putra Widyawinaya, S.H menekankan kepada seluruh jajarannya dan yang saat itu hadir diruangan, agar bisa menginformasikan kepada masyarakat lain dan memberikan pemahaman yang tepat dalam rangka menangkal gerakan – gerakan  separatisme, maupun gerakan ekstrim kiri yang saat ini berupaya memutar balikan fakta sejarah tentang G 30 S/PKI.

Selain itu, dia menambahkan, acara nonton bareng sebagai upaya memantapkan kembali pemahaman terkait issue berkembangnya kegiatan komunisme di berbagai daerah di Tanah Air Indonesia. Hal itu diperkuat dengan issue berkembangnya permohonan maaf negara kepada keluarga korban G.30 S/PKI,” ungkapnya.

Komentarpun berdatangan dari berbagai kalangan usai penayangan yang mereka saksikan, salah satunya yakni Mahasiswi Stikes Gombong Sdri Siti Mardiyah, dia mengatakan, bahwa “Setelah melihat tayangan sejarah yang memilukan saya prihatin dengan bangsa Indonesia yang selalu ingin berevolusi. peristiwa G 30 S/PKI hanyalah sejarah namun sebagai generasi penerus bangsa harus mampu berfikir kedepan untuk memetik hikmah, mengimplementasikan nilai-nilai kedalam realita kehidupan bangsa dan negara.

Hikmah dan pelajaran yang saya ambil bahwa perebutan kekuasaan didalam suatu bangsa dan negara, akan selalu mengundang permasalahan baik lingkup besar maupun kecil. Utamakanlah kepentingan nasional diatas kepentingan pribadi. Sebagai generasi penerus bangsa bahwa hidup berbangsa bernegara harus saling bekerjasama, bersatu, melengkapi satu sama lain untuk mencapai cita-cita nasional bersama yang sudah tertuang dalam UUD 1945.

Sungguh ironis jika tragedi tersebut  terulang kembali meskipun dengan metode yang berbeda. Saya berharap untuk bangsa ini kedepan tetaplah teguh pada ideologi PANCASILA  sesuai UUD 1945, kurang baik jika menganut  SISTEM KOMUNIS. Pahamilah dan maknailah kembali perjuangan para pahlawan dan mereka yang sampai akhir hayatnya jauh dari sebutan pahlawan padahal, mereka telah berjuang hingga titik darah penghabisan, lebih dewasalah dalam memandang setiap persoalan, lebih bijak dalam mengambil keputusan, lebih hati-hati dalam bertindak. Namun senantiasa berjuang dan berkarya penuh makna. Demi bangsa kita, demi pengorbanan mereka. Jadikanlah G 30 S/PKI sebagai ujian terhadap bangsa ini. berevolusilah dengan persatuan dan kerjasama dalam memperbaiki SDA, Ekonomi, Politik dan Sosial. Sosio kultural yang tidak sesuai UUD 1945. Semoga sejarah dan kisah bangsa Indonesia berakhir dengan HAPPY ENDING” pungkasnya.